ANALISI KADAR CO2 DAN NO DI BASEMENT TRANS STUDIO MAKASSAR

Uswatun Hasanah1, Sulasmi2, dan Mulyadi3)
1) 2) 3) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar,
082187523701, uswatunhasanah110@gmail.com

ABSTRACT
Establishment of basement is becoming popular which is increasing to be parking lot and be a solution of land limitedness issue in nowadays. However, vehicles (in basement) become one of the causes of air pollution that Will have an impact on human health.
The objective of this research is to know carbon dioxide levels (CO2) and Nitrogen monoxide (NO) at Trans Studio Makassar's basement as a result of human activity and vehicles emissions that produce CO2 and NO.
The design of this research is observasional research which used descriptive approach through CO2and NO measurement on Trans Studio Makassar's parking lot/basement. Air sampling is taken on 7 observation spots that represent whole of the air on the basement. The measurement did at noon (13.00-15.00) and at afternoon (15.00-17.00) for two days (weekdays and holidays).
The result of the research shows that  CO2 levels at afternoon is higher than CO2 levels at noon (CO2: 3.3 ppm and NO: 2.0 ppm), as well as on holidays,  CO2 levels is higher at afternoon (CO2: 3.1 ppm and NO:1.3 ppm).     
The conclusion of this research is CO2 levels and NO levels are still under quality standard  where decided CO2:5.000 ppm and NO: 25 ppm. This is caused by the using of exhaust fan that working well, so the gas level on the basement is still safe for parking attendants and visitors.
Keywords: Air Pollution, Basement, Trans Studio Makassar, Carbon Dioxide. Nitrogen Monoxide

RINGKASAN
Pada masa kini pembangunan basement semakin populer dan berkembang sebagai solusi lahan parkir yang juga merupakan bagian dari masalah keterbatasan lahan. Namun kendaraan menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran udara di dalam basement yang nantinya akan berdampak pada kesehatan manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbon dioksida (CO2) dan nitrogen monoksida (NO) di basement Trans Studio Makassar sebagai hasil dari aktivitas manusia & emisi kendaraan yang menghasilkan CO2 & NO.
Jenis penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif melalui pengukuran CO2 dan NO pada kawasan parkir basement Trans Studio Makassar. Titik pengambilan sampel udara yaitu 7 titik pengamatan yang mewakili seluruh udara dalam basement  dan dilakukan dua kali pengukuran pada siang hari (13.00-15.00) dan sore hari (15.00-17.00) selama 2 hari yaitu hari kerja dan hari libur.
Hasil penelitian di basement trans studio makassar menunjukkan pada hari kerja kadar CO2 lebih tinggi pada sore hari yaitu 3.3 ppm dan NO 2.0 ppm. Dan pada hari libur kadar CO2 juga lebih tinggi pada sore hari yaitu 3.1 ppm dan NO 1.3 ppm.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah kadar CO2 dan NO masih berada dibawa standar baku mutu yang telah ditetapkan yaitu CO2 (5.000 ppm) dan NO (25 ppm). Hal ini disebabkan oleh penggunaan exhaust fan yang berjalan dengan baik sehingga konsentrasi gas dalam basement masih aman bagi petugas parkir dan pengunjung.
Kata Kunci :  Pencemaran Udara, Basement, Trans Studio MakassarKarbon Dioksida, Nitrogen Monoksida



PENDAHULUAN
Data yang dirilis Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulsel, Indeks Pencemaran Udara di Sulawesi Selatan mencapai 87,83 persen. Angka ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi maupun industri  (Tribun Timur, 2014). Berdasarkan data Samsat Makassar menunjukkan bahwa kendaraan di Kota Makassar pada tahun 2016 menembus 1,4 juta unit kendaraan. Terhitung dari tahun 2015 telah bertambah sebanyak 87.000 unit, sedangkan pada tahun 2014 baru mencapai 1,2 juta unit kendaraan. Polusi udara terbanyak di Makassar disumbang oleh kendaraan bermotor ditambah maraknya jasa angkutan online di Makassar membuat permintaan kendaraan di kota Makassar turut meningkat (Cendananews, 2017).
Pembangunan tempat parkir di bawah tanah dapat menyebabkan tingkat pencemaran udara yang tinggi, akibat gas buangan kendaraan bermotor tersebut tidak dapat bersirkulasi. Emisi gas buangan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat memberikan efek toksik terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh bagi petugas maupun para pengunjung (Wardhana, 1995)
Penelitian mengenai pencemaran udara pada tempat parkir indoor mulai banyak diteliti. Berdasarkan penelitian Hadi, dkk (2016) mengenai telaah sistem ventilasi pada basement untuk ruang kerja perkantoran bahwa peraturan tentang tinggi bangunan keterbatasan lahan yang tersedia dan tuntutan kebutuhan ruang kadang mengharuskan seorang perancang untuk mendesain basement bagi suatu fungsi bangunan yang optimal. Pilihan ini sering berdampak kepada tingginya biaya oprasional baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini tersebut disebabkan antara lain karena tidak menggungkinkan untuk mengupayakan tata udara secara alami. 
Berdasarkan penelitian Kristanto, dkk (2013) mengenai analisis kualitas udara di ruang parkir bawah tanah dan pengaruh terhadap pengguna menyatakan semakin mahal dan terbatasnya lahan di perkotaan membuat pihak pengembang gedung banyak membangun berbagai fasilitas di bawah tanah, termasuk diantaranya adalah fasilitas parkir. Sayangnya keadaan ini seringkali mendorong perancang lebih memperhatikan kekuatan atau keindahan gedung dan ruangan dibandingkan faktor-faktor lain seperti kesehatan, sirkulasi udara, dan pencahayaan. Kondisi ruangan yang lebih tertutup dan lalu lintas sekitar yang seringkali macet, menyebabkan kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah menurun akibat pencemar udara terkonsentrasi hingga mencapai level membahayakan. Hasil penelitiannya menunjukkan konsentrasi NO mencapai 2 ppm. Populasi manusia yang paling rawan terkena dampak kesehatan jangka pendek akibat buruknya kualitas udara dalam parkir bawah tanah ialah petugas parkir akibat waktu paparan yang paling lama dibanding populasi lainnya. Namun populasi supir, pengunjung, dan penjaga toko di ruang parkir bawah tanah juga memiliki risiko terkena dampak kesehatan dalam jangka panjang. Gejala yang paling banyak terjadi ialah mata pedih, tenggorokan gatal, kelelahan/lemas, dan sesak napas.


METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Basement Trans Studio Makassar yang berada di Jl. H.M Dg. Patompo - Metro Tanjung Bunga, Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara mengenai kadar CO2 dan NO di Basement Trans Studio. Metode yang digunakan adalah data dikumpulkan, penyusunan dan pengolahan dilakukan secara manual dengan alat bantu hitung dan alat bantu computer yng disajikan dalam bentuk table dan narasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh udara ambient di basement trans studio Makassar. Titik pengambilan sampel udara yaitu 7 titik pengamatan untuk mewakili seluruh udara di dalam basement dan dilakukan dua kali pengukuran pada siang hari (13.00-15.00) dan sore hari (15.00-17.00) selama 2 hari yaitu hari kerja dan hari libur. Jadi, jumlah masing-masing sampel (CO2 dan NO) keseluruhan 28 sampel. Pengambilan sampel bersamaan dengan menghitung kendaraan, temperature, kelembapan dan kecepatan angin. Titik pengambilan sampel CO2 dan NOini untuk mewakili seluruh udara area basement. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dan pemeriksaan kadar CO2 dan NO.




HASIL PENELITIAN

Tabel 5.2 Pengukuran Kadar CO2 dan NO Pada Hari Kerja Pukul 13.00-15.00 di Basement Trans Studio Makassar Tahun 2019
TITIK

SIANG (13.00-15.00)
CO2 (ppm)
NO (ppm)
Suhu (oC)
Kelembapan (%)
Kecepatan Angin (m/d)
I
0
0.8
30
68
1.2
II
2.6
2.1
31
65
0
III
0
0.7
30
69
1.28
IV
4.7
2.4
32
64
0
V
3.2
2.1
31
66
0
VI
0
2
30
67
1.4
VII
0
1
31
65
1.5
Rata-rata
1.5
1.6
30
66
0.2

Tabel 5.3 Pengukuran Kadar CO2 dan NO Pada Hari Kerja Pukul 15.00-17.00 di Basement Trans Studio Makassar Tahun 2019
TITIK

SORE (15.00-17.00)
CO2 (ppm)
NO (ppm)
Suhu (oC)
Kelembapan (%)
Kecepatan Angin (m/d)
I
1.2
2
30
70
0.27
II
4.7
2
32
65
0
III
1.4
1
30
69
1.0
IV
9.0
3.8
34
54
0
V
4.4
1
33
60
0
VI
0.3
2.4
31
66
0.4
VII
1.9
2.0
31
65
0.2
Rata-rata
3.3
2.0
31.3
64
0.3

Tabel 5.4 Pengukuran Kadar CO2 dan NO Pada Hari Libur Pukul 13.00-15.00 di Basement Trans Studio Makassar Tahun 2019
TITIK

SIANG (13.00-15.00)
CO2 (ppm)
NO (ppm)
Suhu (oC)
Kelembapan (%)
Kecepatan Angin (m//d)
I
0
2
30
68
0.1
II
3
0.6
32
65
0
III
0
1
31
69
0.5
IV
8.3
3.1
36
64
0
V
4.3
4.1
34
66
0
VI
1
1.3
30
67
0.2
VII
1
0.9
31
65
1.0
Rata-rata
2.5
1.8
32 
66.3
0.2

Tabel 5.5 Pengukuran Kadar CO2 dan NO Pada Hari Libur Pukul 15.00-17.00 di Basement Trans Studio Makassar Tahun 2019
TITIK
SORE (15.00-17.00)
CO2 (ppm)
NO (ppm)
Suhu (oC)
Kelembapan (%)
Kecepatan  Angin (m/d)
I
0
1
29
72
0.3
II
7.9
2.8
31
66
0
III
0
0.4
30
68
0.7
IV
4.7
0.1
35
51
0
V
8.3
2.4
32
65
0
VI
0.4
0
30
69
1.3
VII
0.8
2.1
30
70
0.1
Rata-rata
3.1
1.3
 31
 66
0.3

PEMBAHASAN

Dari hasil Penelitian yang dilakukan di basement Trans Studio Makassar dengan 7 titik pengukuran, titik pertama pada jalan masuk 1, titik dua berlokasi di eskalator, titik ketiga pada jalan keluar 1, titik keempat sebagai titik tengah yaitu di mushollah, titik ke lima di depan pintu masuk careffour, titik keenam diambil di jalan masuk 2 dan titik ketujuh berada di jalan keluar 2.

1.    Analisis Karbon Dioksida
Pada penelitian ini  pengukuran pertama dilakukan pada hari kerja didapatkan hasil pengukuran pada siang hari dengan rata-rata ketujuh titik untuk kadar karbon dioksida (CO2) yaitu 1.5 ppm, rata-rata hasil yang didapatkan relative rendah meskipun jumlah kendaraan yang cukup padat sekitar 300 unit. Hal ini disebabkan dari hasil pengamatan, penggunaan exhaust fan berjalan dengan baik sehingga kadar karbon dioksida (CO2)  masih dalam kadar yang tidak membahayakan meskipun rata-rata suhu di basement 31 oC dan kelembapanya 66% serta kecepatan angin yaitu 0.2 m/d
Pengukuran pada sore hari dengan titik yang sama didapatkan hasil karbon dioksida (CO2)  yaitu 3.3 ppm mengalami peningkatan dari pengukuran pada siang hari. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan kenaikan kadar karbon dioksida (CO2) yaitu suhu yang semakin meningkat dan juga diakibatkan banyaknya kendaraan masuk di basement.
Pengukuran yang dilakukan sore hari dengan tujuh titik yang sama dimana kadar karbon dioksida (CO2)  yang paling tinggi 9.0 ppm yaitu pada titik ke IV meskipun masih dibawa baku mutu. Berbagai faktor penyebab seperti lokasi yang tidak terkena sinar matahari, beradah di tengah mall, suhu yang tinggi serta aktivitas manusia yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2) serta lokasi tersebut terdapat musholla, wc, kantin trans dan kantor staf trans studio membuat kadar karbon dioksida (CO2) tinggi. Sehingga pertukaran udara kurang dan menyebabkan tingginya kadar karbon dioksida (CO2).
Pengukuran kedua yang dilakukan pada hari libur dimana jumlah pengunjung lebih banyak dibandingkan hari kerja meskipun peningkatannya tidak begitu berbeda. Pada saat dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida (CO2) sedikit meningkat dibanding hari pertama.
Pengukuran pada hari kedua kadar karbon dioksida (CO2) pada siang hari didapatkan hasil rata-rata ketujuh titik yaitu 2.5 ppm dengan suhu 32oC, kelembapan 66.3% dan kecepatan angin 0.2 m/d. Kadar karbon dioksida (CO2) mengalami peningkatan pada sore hari yaitu 3.3 ppm dengan suhu 31oC, kelembapan 66.3% dan kecepatan angin 0.2 m/d. hal ini disebabkan pada sore hari semakin padatnya pengunjung.
Untuk kadar karbon dioksida (CO2) pada siang hari dihari libur mengalami sedikit peningkatan dari hari kerja dimana dari 1.5 ppm menjadi 2.5 ppm hal ini disebabkan karena jumlah pengujung lebih banyak serta jumlah kendaraan yang meningkat dan hasil pengukuran rata-rata pada hari kerja dan hari libur masih dibawa baku mutu karena penggunaan exhaust fan berjalan dengan baik sehingga kadar gas di udara basement masih aman.
Pada pengukuran dihari libur didapatkan pada titik II dan V merupakan titik yang paling tinggi kadar karbon dioksida (CO2) hal ini disebabkan pada titik II dekat dengan eskalator dan titik ke V pengukuran dilakukan dekat jalan masuk ke Careffour yaitu mobil biasa berhenti menurunkan penumpang, hal ini disebabkan meningkatnya pengunjung yang keluar masuk dari titik tersebut dan kedua titik berada pada lokasi yang tidak kontak dengan udara luar.
Kelembapan udara menunjukkan besarnya persentase uap H2O di udara. Semakin tinggi persentase kelembapan menunjukkan semakin banyak uap air di udara. Kelembapan udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara (Arifianti,2012)
Konsentrasi karbon dioksida (CO2) bervariasi secara musiman. Di wilayah perkotaan, Konsentrasi karbon dioksida (CO2)  secara umum lebih tinggi, sedangkan di ruangan tertutup, ia dapat mencapai 10 kali lebih besar dari konsentrasi di atmosfer terbuka meskipun pencemaran dalam ruang oleh gas karbon dioksida (CO2) merupakan sesuatu yang alamiah karena sumber utama gas karbon dioksida (CO2) tersebut adalah manusia yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2) pada proses ekspirasi (membuang napas) dan sangat erat hubungannya dengan aktivitas metabolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi Karbon dioksida di udara pada umumnya antara lain faktor cuaca, seperti intensitas dan arah angin. Angin yang bertiup ke tempat yang terbuka maka secara otomatis konsetrasi karbon dioksida (CO2) sedikit berkurang karena kontak langsung dengan oksigen tidak terjadi sehingga konsentrasi karbon dioksida (CO2)  lebih banyak.
Selain itu faktor tingginya karbon dioksida (CO2) yaitu jumlah kendaraan dan aktivitas manusia. Gas karbon dioksida (CO2)  merupakan hasil dari alam dan proses pembakaran bensin, minyak, batu bara dan kayu serta hasil dari proses respirasi (pernafasan) manusia. Karbon dioksida (CO2) terbentuk dari hasil pembakaran hidrokarbon dengan oksigen berlebih. (Wikipedia,2018)
Pada umumnya kadar karbon dioksida (CO2)di dalam ruangan wajar saja namun ada sesuatu hal yang menyebabkan kadar gas karbon dioksida (CO2)dalam ruangan tinggi, maka akan mengakibatkan rasa puyeng dan sakit kepala.
Konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di dalam ruangan tergantung pada jumlah orang, lama ruangan digunakan, kegiatan dalam ruangan dan pertukaran udara (Sribanurekha). Karbon dioksida (CO2) dapat mengidentifikasikan kurangnya udara segar bagi pengguna gedung dan tingginya kadar karbon dioksida (CO2) menyebabkan ruangan terasa pengab.
Menurut mescatiello et al, 2014 dalam penelitian talarosha 2016 bahwa konsentrasi karbon dioksida CO2 yang dikandung udara di dalam ruang seringkali tinggi (bersumber dari proses pernafasan, setiap kali manusia bernafas menghasilkan 4,4% volume CO2) jika dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) yang dikandung udara luar jika ventilasi tidak mencukupi. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atas 1000 ppm akan menggannggu kesehatan.
Menurut otoritas keselamatan maritim Australia menyatakan bahwa paparan dalam waktu yang lama terhadap karbon dioksida (CO2) dalam konsentrasi sedang dapat menyebabkan asidosis dan efek merugikan dalam metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan endapan kalsium pada jaringan lunak selain itu, Karbon dioksida (CO2) bersifat racun bagi jantung dan menyebabkan turunya gaya kontraktil. (Jatmiko, 2013)
Berdasarkan penjelasan diatas hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hadi (2016) karena pengaturan sirkulasi udara yang digunakan adalah AC central, dimana suplai udara segar adalah udara sirkulasi, sehingga semakin lama suplai udara digunakan maka kadar O2 semakin berkurang dan kadar karbon dioksida (CO2) yang cukup tinggi sedang penelitian ini memenuhi syarat dikarenakan penggunaan sirkulasi udara adalahh exhaust fan yang mengeluarkan udara dari dalam basement ke luar.
Penelitian lain yang sejalan, berdasarkan penelitian Esha, 2017 tentang Analisis Paparan Gas Polutan  Terhadap Fungsi Paru Petugas Parkir Di Ruang Bawah Tanah Mal X Kota Pekanbaru. Dari hasil pengukuran didapatkan kosentrasi karbon monoksida (CO) rata-rata berkisar antara 2,8 ppm dan 11,5 ppm. Kosentrasi minggu satu dengan rata-rata kosentrasi  2,2 ppm, rata–rata kosentrasi  minggu dua 6,8 ppm dan rata–rata kosentrasi  minggu tiga 9,7 ppm. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai ambang batas zat pencemar dalam udara adalah 30.000 µg/Nm3 (setara dengan 26,19 ppm). Hasil pengukuran kosentrasi rata–rata  (CO) di ruang bawah tanah Mal X Pekanbaru menunjukkan kosentrasi 6,23 ppm. Hasil pengukuran rata-rata kosentrasi karbon monoksida (CO) tersebut masih di bawah nilai standar udara ambien nasional.Namun ada tendensi kosentrasi karbon monoksida (CO) meningkat dengan peningkatan volume kendaraan bermotor pada lokasi pengamatan, kepadatan kendaraan bermotor yang antri mencari lokasi parkir menyebabkan asap kendaraan yang dihasilkan dari pembakaran juga meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Nurochman (2003), dimana didapatkan kepadatan arus kendaraan bermotor mempunyai hubungan (korelasi) dengan tingginya kadar karbon monoksida (CO) dan Pb di parkir bawah tanah pusat pertokoan Yogyakarta. Hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2016) di Mal Pekanbaru. Hasil penelitian Nurul didapatkan rata-rata kosentrasi CO cenderung mengalami peningkatan dengan padatnya jumlah kendaraan bermotor
Pada saat pengamatan di lokasi areal parkir bawah tanah atau basement Mal X Pekanbaru selain ventilasi alami juga terdapat ventilasi mekanik yaitu exhaust fan. Jumlah exhaust fan enam unit dan intake fan berjumlah dua unit yang berfungsi memberikan aliran udara segar ke lokasi bawah tanah. Exhaust fan ditempatkan untuk memenuhi persyaratan pengkondisian udara di parkir bawah tanah dan memiliki fungsi untuk menarik udara kotor yang dihasilkan oleh kendaraan roda empat yang berputar-putar pada saat mencari parkir. Lokasi penelitian sudah memenuhi standar SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung mengacu pada ASHRAE Handbook Fundamentals, yaitu bangunan bawah tanah dipersyaratkan minimal memiliki sistem ventilasi 10% terhadap luas lantai ruangan yang akan diberi ventilasi dan diukur tidak lebih 3,6 meter di atas lantai (Badan Standarisasi Nasional, 2001). 

2.    Analisis Nitrogen Monoksida
Untuk pengukuran kadar nitrogen monoksida (NO) pada hari pertama yang dilakukan pada hari kerja didapatkan hasil pengukuran rata-rata ketujuh titik di siang hari untuk kadar Nitrogen Monoksida yaitu 1.6 ppm, Hal ini disebabkan dari hasil pengamatan, penggunaan exhaust fan berjalan dengan baik sehingga kadar nitrogen monoksida (NO) masih dibawah baku mutu meskipun rata-rata suhu di basement 30 oC dan kelembapanya 66% serta kecepatan angin yaitu 0.2 m/d.
Pengukuran pada sore hari dengan titik yang sama didapatkan hasil nitrogen monoksida (NO) yaitu 2.0 ppm, suhu 31.1oC, kelebapan 64% dan kecepatan angin 0.3 m/d. kadar nitrogen monoksida (NO) mengalami sedikit peningkatan dari pengukuran pada siang hari disebabkan oleh berbagai faktor yaitu suhu yang meningkat dan kelembapan yang tinggi dan juga diakibatkan banyaknya kendaraan masuk di basement yang mengeluarkan nitrogen monoksida (NO).
Pengukuran yang dilakukan pada hari kerja kadar nitrogen monoksida (NO) yang paling tinggi yaitu pada sore hari. Rata-rata hasil yang didapatkan dengan tujuh titik yang sama yang paling tinggi juga ada pada titik IV yaitu 3.8 ppm walaupun kadar karbon dioksida (CO2) lebih tinggi dibanding nitrogen monoksida (NO), hal ini disebabkan oleh sumber pencemar nitrogen monoksida (NO)  dihasilkaan oleh kendaraan tidak lebih besar dari  (CO) sedangkan karbon dioksida (CO2) dihasilkan oleh kendaraan dan manusia serta dapat dihasilkan oleh mesin produksi.
Pengukuran kedua yang dilakukan pada hari libur dimana kadar nitrogen monoksida (NO) sedikit meningkat hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah pengunjung. Pada siang hari didapatkan hasil rata-rata ketujuh titik yaitu 1.8 ppm dengan suhu 32oC, kelembapan 66.3% dan kecepatan angin 0.2 m/d. Kadar nitrogen monoksida (NO) mengalami penurunan pada sore hari yaitu menjadi 1.3 ppm dengan suhu 31oC, kelembapan 66.3% dan kecepatan angin 0.2 m/d. Hal ini disebabkan jumlah kedaraan yang ada tidak semuanya terparkir, banyaknya pengujung yang menggunakan jasa kendaraan online (grab atau gojek) sehingga kadar nitrogen monoksida (NO) menangalami penurunan jadi tidak menutup kemungkinan jumlah kendaraan yang tinggi di dominasi oleh kendaraan pribadi.
Selain itu berjalannya exhaust fan dalam basement menjadikan tinggi rendahnya kadar gas dipengaruhi proses pengeluaran gas oleh exhaust dan rata-rata dari hasil pengukuran ini didapatkan masih dibawa baku mutu.
Pada pengukuran dihari libur didapatkan pada titik II dan V merupakan titik yang paling tinggi kadar nitrogen monoksida (NO)  hal ini disebabkan pada titik II dekat dengan eskalator dan titik ke V pengukuran dilakukan dekat jalan masuk ke Careffour yaitu mobil biasa berhenti menurunkan penumpang, hal ini disebabkan meningkatnya pengunjung yang keluar masuk dari titik tersebut dan kedua titik berada pada lokasi yang tidak kontak dengan udara luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi Nitrogen monoksida (NO) di udara antara lain faktor cuaca, seperti intensitas dan arah angin. Angin yang bertiup ke tempat yang terbuka maka secara otomatis nitrogen monoksida (NO) sedikit berkurang karena kontak langsung dengan oksigen tidak terjadi sehingga konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan nitrogen nonoksida (NO)  lebih banyak.
Suhu  udara  yang  tinggi,  kelembaban  udara  yang  rendah  serta  kecepatan  angin  yang  tinggi  menyebabkan  konsentrasi  nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) rendah, sedangkan  suhu  udara  yang  rendah,  kelembaban  udara  yang  tinggi  dan kecepatan angin yang rendah menyebabkan konsentrasi menjadi tinggi.
Udara yang mengandung gas nitrogen nonoksida (NO) dalam batas normal relative aman dan tidak membahayakan, kecuali bila gas nitrogen nonoksida (NO) yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Gas nitrogen nonoksida (NO) akan menjadi lebih berbahaya apabila gas nitrogen nonoksida (NO) teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas nitrogen dioksida (NO2). Di udara nitrogen monoksida (NO) teroksidasi sangat cepat membentuk nitrogen dioksida (NO2) yang pada akhirnya nitrogen dioksida (NO2) teroksidasi secara fotokimia menjadi nitrat. (Sastrawijaya, 1991).
Faktor tingginya kadar nitrogen monoksida (NO) dipengaruhi oleh jumlah kendaraan dimana gas tersebut termasuk hasil samping gas emisi kendaraan meskipun gas buangan yang di keluarkan tidak lebih besar dari gas (CO). Nitrogen monoksida (NO) cukup reaktif tapi tetap cukup stabil ketika terisolasi.
Berdasarkan hasil penelitian terkait nitrogen monoksida (NO) oleh Kristanto, 2013  tentang Analisis Kualitas Udara Di Ruang Parkir Bawah Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pengguna, menunjukkan kadar nitrogen monoksida  (NO) mencapai 2 ppm, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan meskipun memenuhi syarat, hal ini disebabkan terjadinya pembentukan nitrogen dioksida (NO2) melalui proses oksidasi di udara ambient dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) yang diemisikan secara langsung oleh kendaran (Kraft et al.,2005)
Penelitian lain yang sejalan, berdasarkan hasil penelitian Christyana Sandra, 2013 tentang Pengaruh Penurunan Kualitas Udara  Terhadap Fungsi Paru Dan Keluhan Pernafasan Pada Polisi Lalu Lintas Polwiltabes Surabaya, menujukkan rata-rata hasil yang didapatkan untuk pengukuran nitrogen monoksida (NO) di dalam ruangan sebesar 0,0033 ppm hal tersebut menunjukkan kadar nitrogen monoksida (NO) masih dibawah batas baku mutu udara. Paparan gas sulfur dioksida (SO2) dalam konsentrasi yang kecil sekalipun dapat menyebabkan gangguan paru, apalagi paparan tersebut secara terus menerus seperti yang diterima oleh Polantas selama bekerja. Namun perlu diperhatikan pula gas-gas iritan lain seperti gas nitrogen oksida (NOx) yang dapat menyebabkan efek kombinasi apabila terpapar pada saat bersamaan (Siswanto, 1991). Paparan gas dan debu tersebut dapat mengiritasi saluran pernafasan yang makin lama akan berakibat penurunan fungsi paru.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan walaupun hasil pengukuran yang didapatkan kadar karbon dioksida (CO2) dan nitrogen monoksida (NO) tidak mengalami peningkatan dan memenuhi standar baku mutu SNI 2015, namun kadar karbon dioksida (CO2) dan nitrogen monoksida (NO) dapat mempengaruhi kesehatan bahkan memperburuk kondisi kesehatan. Dan dari observasi yang dilakukan rata-rata tenaga kerja yang bekerja di basement tidak menggunakan APD seperti masker.



KESIMPULAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasilnya masih memenuhi Baku Mutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia 19-0232-2005 yaitu CO2 5.000 ppm dan NO 25 ppm. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil penelitian yaitu:
1.    Rata-rata Kadar CO2 pada hari kerja di siang yaitu 1.5 ppm sedangkan pada hari libur yaitu 2.5 ppm
2.    Rata-rata Kadar NO pada hari kerja di siang yaitu 1.6 ppm sedangkan pada hari libur 1.8 ppm
3.    Rata-rata Kadar CO2 pada hari kerja di sore hari yaitu 3.3 ppm sedangkan pada hari libur 3.1 ppm
4.    Rata-rata Kadar NO pada hari kerja di sore yaitu 2.0 ppm sedangkan pada hari libur 1.3 ppm

SARAN
1.    Untuk pengelola Mall terkait penelitian yang telah dilakukan diharapkan tenaga kerja yang beraktivitas di basement untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti penggunaan masker untuk melindungi pernapasan dari paparan emisi gas kendaraan.
2.    Untuk instansi terkait (BAPEDAL, Lingkungan Hidup) agar melakukan pemantauan secara rutin terhadap kualias udara di basement Trans Studio Makassar.
3.    Untuk peneliti selanjutnya diharapkan meneliti pengaruh kadar Karbon dioksida (CO2) dan Nitrogen monoksida (NO) terhadap umur kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan.



DAFTAR PUSTAKA
Cendana News, 2017. Polusi Udara di Makassar Perlu Perhatian Khusus (Online): https://www.cendananews.com/2017/09/polusi-udara-di-makassar-perlu-perhatian-khusus.html (diakses pada tanggal 12 Januari 2019)
Esha, I., Afandi, D., Amrifo, V, 2017. Analisis Paparan Gas Polutan Karbon Monoksida Terhadap Fungsi Paru Petugas Parkir Di Ruang Bawah Tanah Mal X Kota Pekanbaru (Online): https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/download/4473/4273 (diakses pada tanggal 30 Juni 2019)
Hadi, Solichul. Tarwaka, 2016. Telaah Sistem Ventilasi Pada Basement Untuk Ruang Kerja Perkantoran (Online): http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/5-Sem -Basement.pdf (diakses pada tanggal 5 Januari 2019)
Jatmiko, Wahyu. 2013. Analisis dampak pemasangan ATCS terhadap Emisi Gas Buangan CO2 di Jl. Jend. Sudirman Kota Tangerang (Online): http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php? article=150786&val=1260&title=Analisis%20Dampak%20Pemasangan%20ATCS%20Terhadap%20Emisi%20Gas%20Buang%20(CO2)%20di%20Jl.%20Jend.%20Sudirman%20Kota%20Tangerang. (diakses pada tanggal 5 Januari 2019)
Kristanto, Gariel Andri. Jachriza Sumabrata, Siti Kurnia Astuti. 2013. Analisis Kualitas Udara di Ruang Parkir Bawah Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pengguna. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (Online): https://media.neliti.com/media/publications/128735-ID-analisis-kualitas-udara-di-ruang-parkir.pdf (diakses pada tanggal 15 Desember 2018)
Sandra, Christyana, 2013. Pengaruh Penurunan Kualitas Udara Terhadap Fungsi Paru dan Keluhan Pada Polisi Lalu Lintas Polwiltabes Surabaya (Online): https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q =&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwihpbag05jjAhVDfSsKHXEGCtIQFjAAegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.unej.ac.id%2Findex.php%2FIKESMA%2Farticle%2Fdownload%2F1079%2F883%2F&usg=AOvVaw3iUeoBNOneFJoEKj-NXA5q (diakses pada tanggal 30 Juni 2019)
Sastrawijaya, Tresna.1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta
Tribun Timur, 2014. Pencemaran Udara Sulsel Capai 83 Persen (Online):http://makassar.tribunnews.com/2014/06/05/pencemaran-udara-sulsel-capai-83-persen. (diakses pada tanggal 12 Januari 2019)
Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI Publisher.
Wikipedia, 2018. Karbon Dioksida (online): .https://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida (diakses pada tanggal 12 Januari 2019)

Komentar

Postingan Populer